Home / Opini / HMI dan Ekosistem: Membumikan Perjuangan, Menumbuhkan Kesadaran

HMI dan Ekosistem: Membumikan Perjuangan, Menumbuhkan Kesadaran

Oleh: M Hafiz Al Habsy, S.AP (Kader Himpunan Mahasiswa Islam Cabang Padang)

Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) selama lebih dari tujuh dekade dikenal sebagai organisasi yang aktif dalam percaturan intelektual dan sosial-politik bangsa. Namun, seiring perubahan zaman dan kompleksitas tantangan global, isu lingkungan hidup bukan lagi pilihan—melainkan keniscayaan. Di titik ini, HMI perlu mengembangkan arah perjuangan baru: menjadi kekuatan moral dan intelektual dalam menjaga keberlanjutan ekosistem lingkungan.

Kerusakan lingkungan hari ini bukan sekadar soal teknis atau ilmiah. Ia adalah masalah moral dan budaya. Ketika hutan dibabat, sungai dicemari, dan udara diracuni, itu bukan hanya akibat teknologi atau kebijakan yang keliru, tetapi karena hilangnya kesadaran kolektif tentang tanggung jawab manusia terhadap bumi. Di sinilah pentingnya peran organisasi seperti HMI yang memiliki tradisi panjang dalam membentuk insan-insan akademis, pencipta, dan pengabdi.

Islam, sebagai basis nilai HMI, mengajarkan konsep khalifah—manusia sebagai pemelihara bumi. Ayat-ayat Qur’an penuh dengan perintah menjaga keseimbangan alam (mīzān) dan larangan membuat kerusakan di muka bumi. Maka menjaga lingkungan bukan hanya soal aktivisme, tetapi bagian dari penghambaan. Dalam konteks inilah, perjuangan lingkungan adalah bagian dari ibadah sosial (muamalah) yang mulia.

HMI memiliki posisi strategis sebagai jembatan antara kampus dan masyarakat. Kader-kader HMI yang tersebar di berbagai disiplin ilmu seharusnya menjadi agen perubahan yang menanamkan kesadaran ekologi, baik melalui penelitian, gerakan sosial, maupun advokasi kebijakan lokal. Di tengah krisis iklim yang semakin nyata, gerakan mahasiswa Islam tidak bisa lagi abai terhadap isu lingkungan. Kepedulian terhadap alam adalah bentuk kecintaan pada sesama makhluk dan generasi mendatang.

Sebagai organisasi kader, HMI harus menciptakan ekosistem intelektual yang menumbuhkan green literacy—literasi lingkungan berbasis nilai-nilai keislaman dan kebangsaan. Kegiatan-kegiatan HMI, dari Latihan Kader sampai diskusi mingguan, seharusnya menyentuh realitas ekologis di sekitar. Bahkan lebih jauh, HMI bisa mendorong lahirnya koperasi hijau, komunitas pertanian urban, dan inisiatif ekonomi sirkular sebagai bagian dari kontribusi solutif terhadap keberlanjutan lingkungan.

Kita tidak sedang berbicara tentang membangun kekuasaan, tetapi membangun peradaban. Peradaban yang adil bukan hanya pada aspek sosial, tetapi juga ekologis. Ketika lingkungan rusak, maka yang paling menderita adalah masyarakat kecil—mereka yang justru menjadi objek utama perjuangan HMI sejak awal.

Kini, saatnya HMI tidak hanya menjadi penjaga ideologi, tapi juga penjaga bumi. Karena menjaga lingkungan adalah menjaga kehidupan. Dan menjaga kehidupan adalah panggilan iman, ilmu, dan pengabdian.

Tag:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *